Lupus Bukan Hero

BAGIKAN:

Share on whatsapp
Share on facebook
Share on twitter

Sosoknya digandrungi oleh remaja era 80-an.  Remaja kurus yang doyan mengunyah permen karet dan hobi menggelantung di Bis itu,  pertama kali muncul di Majalah HAI edisi No.17.

Terbit Pada tanggal 29 April 1986, dimana Hai pada edisi tersebut menyisipkan bonus novelet karangan dua penulis Lala  Hamid dan Hilman Hariwijaya. Hilman menampilkan 4 cerita dengan tokoh remaja Lupus. Dari sinilah jejak awal melejitnya Lupus, sebuah serial lucu dan cerdas. Remaja jail yang potongan rambutnya ala John Taylor (Duran-Duran) itu mendongkrak penjualan buku-buku terbitan Gramedia Pustaka Utama lewat karya Hilman.

Kesuksesan lupus menjadi fenomena remaja kala itu, karena pengarangnya –Hilman- hadir di saat yang tepat dan pada saat remaja kehilangan tokoh serta haus akan bacaan dengan warna segar.

Pernah diangkat menjadi sinetron dan film, lupus telah mewakili keoptimisan anak muda dengan segala kekurangan dan kelebihannya. Ia tak bisa berkelahi namun kalau urusan jahil otaknya bekerja cepat.

Makanya, Hilman sendiri mengakui bahwa lupus bukanlah Hero. Melainkan remaja biasa yang terus berkembang jiwanya. Tak pernah ada, tapi selalu hadir dalam rangkaian kata. (*)