Si Ninol

BAGIKAN:

Share on whatsapp
Share on facebook
Share on twitter

Tokoh kartun besutan Wedha Abdul Rasyid ini menjelma menjadi representatif remaja Indonesia pada eranya. Sosoknya menjadi idola pembaca Majalah HAI sejak tahun 1986. Memposisikan diri sebagai tukang kritik sekaligus motivator.

Ibarat angin topan, remaja memiliki dinamika semangat yang sangat gemuruh. Instingnya selalu berkelana, banyak ingin tahu dan mencoba sesuatu yang baru. Apapun, semua yang ada dihadapannya terlihat asik dan seru. Makanya, masa remaja itu memiliki porsi khas dan warna kehidupan tersendiri dibandingkan fase anak-anak.

Dalam periode remaja pula, kematangan mental, emosional, sosial dan fisik bakal diuji untuk menentukan arah menuju kedewasaan. Namun, kemana haluan tersebut tergantung bagaimana remaja menyikapi segala permasalahan yang ada. Kalau salah-salah mengambil sikap, siap-siap saja bakal merana.

Nah, seiring dengan seabrek problematika yang menerpa remaja, Majalah HAI merasa terpanggil untuk turun tangan. Dan, memang sudah seharusnya menjadi kewajiban untuk memberikan bentuk perhatian khusus. Membimbing remaja dan sekaligus menjadi teman dalam mengatasi segala permasalahannya.

Dari sanalah Wedha membuat sosok pembimbing remaja. Namun, agar tak terkesan menggurui, munculah ide membuat tokoh rekaan yang mewakili potret remaja kala itu. Karakternya bisa ngomong apa aja soal denyut aktifitas anak-anak sekolah. Kemudian, Ilustrator Majalah HAI, Wedha berhasil menciptakan persona itu dalam lakon anak muda. Sang kreator mengemasnya kedalam rupa tokoh kartun bertampang unik.

Panggilannya Ninol. Nama itu diberi lantaran tokoh kartun berkulit kuning itu memiliki wajah dasar melingkar dengan senyum spesial. Tapi, itu hanya alasan dari sisi visual saja. Disamping itu sebenarnya terbersit pula sebuah filosofi dari wajah melingkarnya yang seperti angka ‘Nol’. Ya, angka nol dari bentuk mukanya itu merupakan simbol dimana seorang remaja butuh proses belajar. Mulai dari nol, remaja terus tumbuh secara bertahap dalam mempelajari banyak hal. Untuk kemudian bisa beradaptasi dengan lingkungan dan berkembang ke arah yang lebih baik. Sedangkan rambutnya yang hanya 5 helai menjadi simbol sifat yang pancasilais. Remaja yang gaul mesti punya semangat patriotisme yang tinggi, cinta tanah air dan tetap menghargai perbedaan.

Ninol selalu mengisi waktu luangnya dengan berkaktifitas. Mengkritik, menghibur, memberi jalan keluar dan tak pernah ketinggalan mengucapkan belasungkawa kala orang lain dirundung duka. Inilah yang membuat sosok Ninol digemari. Ya, karena kepeduliannya, pembaca HAI waktu itu terus memendam rindu menunggu kehadirannya setiap penerbitan. Gemas dengan kekonyolannya, salut oleh apresiasinya dan hormat atas interesnya. Ninol kerap menyimpulkan dari peristiwa atau berita hangat dari tema laporan utama majalah HAI. Secara berkala, tindak tanduknya dikemas dalam bentuk komik strip, editorial visual bahkan sering juga menjadi ilustrasi sebagai pemanis artikel.

Lumayan, Si Ninol bisa bertahan 8 tahun menemani remaja dalam satu dekade. Banyak sekali pembaca yang berkirim surat ke meja redaksi menanyakan kemana Ninol menghilang. Wedha menanggapi semua itu dengan bijak. Lewat surat pembaca diinformasikan bahwa Ninol sedang traveling, hingga majalah Hai tidak terbit lagi sejak 2017 sampai kinipun masih melanglang buana. Yang jelas, kehadirannya bakal tetap dikenang, menjadi tipikal remaja dalam kurun tertentu. (*)

 

Pengemas informasi: @dimyaties