Toko Merah : Sebentar Bertandang, Lama Dikenang

BAGIKAN:

Share on whatsapp
Share on facebook
Share on twitter

Seolah ingin menjadi raja di antara  bangunan-bangunan tua lain di sepanjang Jalan Kali Besar Barat. Berpenampilan nyentrik, menebar pesona unik, menggelitik rasa penasaran turis asing dan pelancong domestik.

Apalah arti sebuah nama? Tapi pada kenyataannya, makna sebuah nama kadang menjadi beban teramat berat bagi siapa saja yang menyandangnya.  Pun, julukan Toko Merah bagi gedung yang satu ini. Sampai sekarang, warna merah agak kecokelatan yang melekat pada batu bata  dinding bangunan, kusen jendela, pintu, serta atapnya tetap dipertahankan. Walau dengan segala keterbatasan yang ada, pancaran semi merahnya coba dimunculkan demi keabadian dan konsistensinya kepada bangsa agar terus dikenang.

Betul sekali, kalau dilihat dari kejauhan, bangunan  berlantai dua itu paling gampang dikenali. Selain memang warnanya yang kontras dengan gedung-gedung yang ada di kiri-kanannya, bentuk bangunannya cukup khas. Jendela-jendela lebar yang dikawal oleh teralis besi kuat itu melahirkan  karakter unik tersendiri bagi sosoknya. Kemudian, penampilannya yang unik menambah kegagahan gedung yang dibangun pada tahun 1730 itu. Walaupun ada dua belas kabel listrik yang menjuntai di depannya dan menghalangi pemandangan bodi gedung, magnet pesona Toko Merah tetap saja masih membuat para pelancong terpikat.

Berterimakasihlah kepada Gubernur Jenderal Gustaaf Willem Baron Van Imhoff (Gubernur Jenderal VOC periode 1743 – 1750). Sang reformis yang kerap memiliki ide-ide  fenomenal itu adalah salah seorang pendiri gedung ini. Ia punya andil yang sangat besar dalam pengadaan gedung ini. Ia mewariskan karya agung bermanfaat dan seolah mengamanatkan kepada kita rangkaian sejarah penuh memori. Tak lupa juga rasa hormat dan salut kita junjung atas jasa dari Gubernur DKI Jakarta, Ali Sadikin (periode 1966 – 1977) yang berperan mengupayakan perlindungan bangunan kuno ini. Atas sokongan dan aksinya, gedung ini bisa menjadi peninggalan cagar budaya berarti yang tetap terawat.Gedung berumur tiga abad  yang pernah didiami oleh beberapa Gubernur  Jenderal VOC ini berlokasi di Jalan Kali Besar Barat no. 11,  Jakarta Barat. Persis di depan aliran sungai Kali Besar. Kalau pengunjung menggunakan jasa pemandu sepeda onthel wisata dari Taman Fatahillah, pasti rute penjelajahannya akan melewati Toko Merah. Titik yang wajib dikunjungi bagi mereka yang sedang melangsungkan perjalanan wisata sejarah di kawasan Kota Tua.

Memori Panjang

Ada cerita yang bisa dikenang dari gedung yang memiliki arsitektur perpaduan budaya negeri Belanda dan China itu. Persis pada tahun 1740, di depan gedung pernah terjadi peristiwa kelam. Huru hara suram pernah terjadi. Dan, yang menjadi korban adalah orang-orang Tionghoa yang dibantai habis-habisan. Peristiwa miris bagi siapa pun.

Tiga belas tahun semenjak berdirinya, bagian utara gedung ini pernah dipergunakan untuk kampus dan asrama calon perwira Akademi Maritim yang diresmikan pada tanggal 7 Desember 1743. Sekolah tersebut dimaksudkan untuk menciptakan opsir-opsir laut yang jago di bidang pelayaran. Kebutuhan itu tentu saja sangat penting guna menopang kelancaran perdagangan VOC yang sedang jaya-jayanya kala itu. Sekolah tersebut hanya bertahan hingga tahun 1755.

Dalam rangkaian fungsinya, gedung ini sudah banyak berpindah tangan. Mulai dari ditempati oleh pribadi (orang-orang Belanda dan warga China) hingga dijadikan tempat usaha. Memang di Kali Besar kala itu berjajar pertokoan dan kantor dagang milik Tionghoa. Maka tak heran jika gedung ini sering dipugar.

Pada periode tahun 1910 – 1925 gedung digunakan untuk kantor Bank voor Indie. PT Dharma Niaga juga pernah memanfaatkan gedung ini dari tahun 1977 hingga 2003. Sampai pada  akhirnya gedung diambil alih oleh PT Perusahaan Perdaganagan Indonesia (Persero). Kini, akses masuk untuk bisa lebih mengenal lagi riwayat dari Toko Merah sangat terbatas. Pengunjung hanya bisa menikmati keunikan gedung yang dulu juga pernah dijadikan tempat melelang budak ini dari pintu luarnya saja. Berfoto ria, meratapi nasibnya sebentar lalu pamit pulang sambil mencatat kenangan panjangnya.  (*)

 

Pengemas Informasi: @dimyaties