Museum Pegadaian : Transaksi Tiada Akhir

BAGIKAN:

Share on whatsapp
Share on facebook
Share on twitter

Pernah datang ke pegadaian? Kalau belum, setidaknya kita pasti sudah tahu bahwa tempat tersebut telah menjadi favorit buat mereka yang sedang memerlukan biaya hidup. Punya barang berharga sebagai jaminan, lalu digadaikan agar bisa meminjam uang. Umumnya barang bernilai yang diterima oleh pegadaian adalah perhiasan emas dan benda elektronik. Itupun mesti melewati  proses seleksi yang  dikenal dengan aktifitas penakaran.

Proses transaksi antara nasabah dan pegawai pegadaian  berlangsung setiap hari. Biasanya puncak keramaian dan kesibukan  kantor pegadaian berlangsung  saat menjelang  tahun baru, hari raya atau ketika anak-anak masuk sekolah. Nah, tapi apakah Museum Pegadaian yang berada di Kota Sukabumi ini  juga suasananya seramai kantornya ?  Mari kita tengok bersama.

Siapa yang menyangka, rumah jaman baheula itu dulunya adalah sebuah rumah dinas kepala pegadaian Sukabumi.  Namun, sekarang  telah beralih fungsi menjadi museum sepi pengunjung. Pasalnya, museum dengan tema pegadaian yang hanya satu satunya di Indonesia itu hanya menampilkan koleksi yang membosankan. Namun , tidak demikian bagi mereka yang cinta akan sebuah historis. Buat Anda yang haus informasi dan penasaran akan sejarah jejak panjang pegadaiaian di Indonesia, sosok  museum yang resmi berdiri pada tanggal 1 April 2010 itu menjadi penting sekali. Mengabarkan kepada masyarakat menyoal hikayat panjang sistem gadai lewat benda-benda antik yang sudah berumur satu abad.

 Suasana asri telah nampak dan terasa ketika kaki menapak halaman museum. Atmosfer keasriannya itu terus berlanjut hingga masuk ke dalam ruang tamu yang sangat sederhana. Ada empat kursi dan satu meja kayu di sana. Sebelum menelusur, pengunjung bisa sejenak terlebih dahulu menikmati situasi ruangan klasik. Sambil rehat Anda bisa  melihat foto-foto jaman dulu di sekeliling ruangan. Gambar hitam putih yang terpampang di  tembok putih  itu memotret kondisi kota Sukabumi pada tahun 1934.

Setelah paham dengan kenangan kondisi bangunan-bangunan di Kota Sukabumi lewat foto yang seolah bicara itu, mari dilanjutkan beranjangsana masuk lebih dalam. Pertama  pengunjung dipandu untuk mulai mengenal berbagai benda-benda klasik yang berada di sisi kanan museum. Suasana kesibukan ruangan tempat bertemunya para pegawai dan nasabah nampak terasa. Hal itu ditandai dengan dipamerkannya meja kasir yang diatasnya terdapat timbangan penakar perhiasan dan alat hitung. Meja tersebut dulu pernah digunakan petugas kasir melaksanakan tugasnya melayani para nasabah yang akan menerima uang pinjaman maupun menebus barang jaminan.

Yang unik, alat hitung yang digunakan oleh kasir masih menggunakan sempoa. Benda tersebut dimanfaatkan untuk menghitung kredit, pelunasan, sewa modal dan membantu laporan-laporan lainnya. Alat hitung tersebut sangat vital keberadaanya sebelum ditemukan alat penghitung elektronik kalkulator.

@dimyaties
@dimyaties

Benda-benda gadai peninggalan sejarah Hindia Belanda lainnya itu secara umum berupa alat-alat kerja pegadaian. Seperti brankas besi untuk  mengamankan uang, buku catatan pegadaian, lemari penyimpanan emas, lemari arsip, sepeda, mesin tik, jam mekanis dan cap kuno untuk keperluan administrasi. Lainnya tentu barang-barang sitaan yang dijadikan benda gadai. Mulai dari kain, peralatan dapur sampai benda berharga lainnya. Semua koleksi tersebut tak hanya berasal dari Sukabumi saja. Melainkan dikirim dari berbagai kota di pulau Jawa seperti Purwokerto, Yogyakarta, Bantul, Temanggung dan beberapa kantor pegadaian lainnya yang tersebar di Indonesia

***

Untuk sejarah lahirnya pegadaian sendiri tak lepas dari peran Belanda saat mendirikan Bank Van Leening, sebuah lembaga kredit yang didirikan di Batavia tanggal 20 Agustus 1746. Tapi, bank dengan sistem gadai itu harus rela ditutup saat Inggris mengambil kekuasaan di Indonesia (1811-1816). Kebijakan lain berpihak kepada masyarakan yang ingin mendirikan pegadaian dengan catatan mendapat ijin dari pemerintah. Namun, metode baru itu berdampak buruk yang memunculkan praktek lintah darat yang merugikan pemerintah Inggris. Kemudian kebijakan dirubah menjadi siapa yang mampu membayar pajak tinggi baru boleh membuat pegadaian. Apa mau dikata, penyelewengan tetap saja terjadi saat roda bisnis tersebut bergulir. Dan, saat Belanda berkuasa kembali maka ditetapkan bahwa pegadaian mesti dimonopoli oleh pemerintah saja. Tujuannya agar bisa lebih melindungi dan memberikan manfaat buat masyarkat. Wujud nyata monopoli itu ditandai dengan berdirinya Pandhuis (Pegadaian Negara) pertama di Sukabumi, Jawa Barat pada tanggal 1 April 1901. Dari sana kemudian Pegadaian menjadi sebuah keniscayaan. Keberadaanya sangat dibutuhkan untuk meningkatkan masyarakat. Soalnya bunga yang ditetapkan dalam proses peminjaman uang relatif kecil. Jasanya yang terbilang cepat dan tepat kerap dimanfaatkan  mendongkrak peningkatan ekonomi rakyat.

Selama masyarakat membutuhkan, maka rutinitas transaksi di Pegadaian tak pernah berakhir. Pertemuan antara nasabah dan petugas akan selalu ramai. Namun, siapa peduli dengan museumnya? (*)

Museum Pegadaian

 Alamat : Gedung Pegadaian Sukabumi, Jalan Pelabuhan II, Kota Sukabumi, Jawa Barat
Waktu Buka : 08.00 – 16.00 (Senin-Jum’at) ; Sesuai perjanjian (Sabtu & Minggu)

Harga Tiket Masuk : Gratis

 

Pengemas informasi: @dimyaties